Nabi Sallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Barang Siapa Yang Membangun Masjid,
Maka Allah Akan Bangunkan Baginya Rumah Di Surga.”
(HR. Bukhari, 450 dan Muslim, 533)
Hasil Survei Team Fesbuker Brebes Meninjau Dusun Bangkelung Kelurahan Buara Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes, Sabtu 13 Juni 2015.
Penyusun:
- Ahmad Ryanto
- Afif Wakhyudin
Permasalahan:
Dusun Tidak Memiliki Sarana Ibadah (Masjid) Sejak Puluhan Tahun.
Perencanaan Kegitatan:
- Membantu Merealisasikan Agar Dusun Tersebut Memiliki Sarana Ibadah.
- Membantu Memecahkan Persoalan Lain Yang Dihadapi Masyarakat Dusun Tersebut.
Kronologi Masalah
Fesbuker Brebes mendapat laporan dari salah satu Warga Brebes bahwa ada salah satu desa yang masyarakatnya sulit melaksanakan sholat Jum’at dikarenakan mereka tidak memiliki sarana ibadah (masjid), sarana ibadah belum dibangun sejak puluhan tahun. Sedangkan jarak masjid terdekat dari dusun tersebut jaraknya sekira 10Km. Keprihatinan ini membuat kami selaku pengurus Fesbuker Brebes memutuskan untuk melakukan survey lokasi. Sampainya dilokasi, ternyata program pembangunan masjid sudah dilaksanakan sejak satu tahun yang lalu dan sudah menghasilkan fondasi bangunan diatas tanah, namun akhirnya terbengkalai akibat kekurangan dana.
Tanah seluas 9m x 9m itu berstatus tanah wakaf dari sesepuh dusun tersebut tepatnya di Dusun Bangkelung Kelurahan Buara Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Desa Buara terdapat 6 RW dan yang kami survey adalah RW terakhir yaitu RW 6 dan lokasi yang kami survey terdapat pada RT 12 dan 13. Akses yang extreme dengan jalan tanah berbatu yang naik turun membuat dusun ini menjadi dusun paling miskin di kelurahan Buara.
Karena sulit dijangkau bahkan oleh perangkat desa setempat. Ada sekitar 100 kepala keluarga di dusun tersebut dan ada lebih dari 200 orang yang memiliki hak pilih. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Proposal pembangunan masjid sudah diajukan sejak bulan April 2014 tapi belum ada respon dari pemerintah terkait. Sehingga pembangunan masjid terbengkalai hanya sebatas fondasi saja. Sedangkan donasi swadaya sudah dilakukan oleh masyarakat dan baru menghasilkan saldo sebesar 11 Juta dan sudah dibelanjakan untuk material.
Masalah-Masalah Lain Yang Dialami Masyarakat Dusun Bangkelung
- Pelayanan Kesehatan Yang Sangat Kurang
Masyarakat dusun mengeluhkan pelayanan kesehatan yang kurang menjangkau mereka, dikarenakan sulitnya medan yang ditempuh untuk bisa mencapai mereka. Infrastruktur yang buruk membuat desa seakan terisolir bahkan jarak klinik terdekat ada di kecamatan lain yaitu di Kecamatan Banjarharjo karena letak Dusun Bangkelung yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Banjarharjo. Sedangkan jarak yang ditempuh untuk ke klinik sekitar 10km. Mereka mengeluhkan pelayanan kesehatan khususnya untuk ibu hamil. Bayangkan dengan jarak yang cukup jauh untuk proses persalinan dengan medan yang sangat extreme, ditambah jika musim penghujan tiba jalur yang dilalui menjadi licin dan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor roda dua, dan mau tidak mau mereka harus ke klinik dengan berjalan kaki dan menandu si ibu hamil hingga menemukan jalan yang mulus yang bisa dilalui kendaraan bermotor.
- Pelayanan Pendidikan Yang Kurang
Pendidikan rata-rata masyarakat hanyalah lulusan sekolah dasar. Dan yang lebih miris lagi terdapat 8 anak yang putus sekolah dari dua RT (RT 12 dan 13) di dusun bangkelung dikarenakan faktor ekonomi. Jarak sekolah terdekat ada di dusun tetanga yaitu di dusun Nambo yang jaraknya mencapai 6-7 km. Padahal sekolah dasar saat ini sudah digratiskan oleh pemerintah, bukan hanya sekolah dasar bahkan SMP pun sudah digratiskan untuk biaya operasional bulanannya. Tetapi kenyataannya masih ada yang tidak melanjutkan ke SMP bahkan sekolah dasar pun putus ditengah jalan.
- Akses Kelokasi Yang Sulit Dijangkau
Akses ke dusun tersebut bisa dikatakan sangat extreme dengan jalan tanah berbatu dengan lebar 3 Meter yang sangat terjal karena lokasinya di perbukitan, buruknya infrastruktur jalan membuat dusun ini seperti terisolasi padahal jika kita lihat pada dusun tetangga katakanlah dusun Nambo yang jalanannya sudah di plester meskipun masih ada lubang disana sini. Bahkan saat musim penghujan tiba jalan yang biasa dilalui menjadi licin dan tidak dapat dilalui kendaraan roda dua dan mereka terpaksa harus berjalan kaki untuk mencapai dusun tetangga bahkan sekedar untuk pergi belanja ke pasar.
Ketidak Jelasan Masalah Anggaran Desa
Dikabarkan bahwa ada PENGERUKAN PASIR di Desa Buara untuk proyek Jalan Tol dan sebagian adalah tanah desa serta sebagian lagi adalah tanah milik warga desa. Tetapi tidak ada sosialisasi kepada masyarakat tentang masalah pengerukan ini. Menurut penjelasan bapak Suryib, SE selaku kepala desa, proyek pengerukan pasir tersebut, desa mendapat profit atau keuntungan sebesar 1,6 Miliar (Katannya).
Sedangkan rencana pengalokasian dana oleh bapak kepala desa adalah untuk REHAB Kantor Kepala Desa dan pembangunan Gedung Pertemuan yang sekaligus sebagai gedung olahraga (lapangan badminton) yang menelan Anggaran sebesar 1,4 Miliar, sehingga masih ada sisa sekitar 200 Juta kelebihan profit desa, dan kelebihan tersebut akan digunakan sesuai dengan keputusan rapat desa.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah alokasi 1,4 Miliar itu tepat untuk merehab dan membangun gedung pertemuan sedangkan masih ada 2 dusun dari total 7 dusun yang belum memiliki sarana ibadah (masjid)?, masih ada infrastruktur yang masih belum dibangun?, Serta banyaknya anak anak yang putus sekolah dasar pada dusun tersebut?. Sedangkan dari keterangan bapak kepala desa Buara adalah desa termiskin di Kecamatan Ketanggungan dan Dusun Bangkelung adalah dusun termiskin di Desa Buara.
Padahal kalau dana tersebut digunakan untuk membangun sarana ibadah dan infrastruktur yang ada itu akan lebih bermanfaat ketimbang hanya merehab kantor kepala desa dan membangun gedung pertemuan.
- Lokasi Tempat Tinggal Kepala Desa Yang Jauh Dari Desa Tersebut
Yang lebih aneh lagi, Kepala Desa Buara yang saat ini telah menjabat selama dua periode tidak tinggal di desa Buara melainkan jauh yaitu di Ketanggungan dekat dengan Puskesmas Ketanggungan yang notabenenya jauh dari lokasi Desa Buara itu sendiri dan menjadikan warga mengalami kesulitan untuk bisa berkoordinasi secara langsung khususnya bagi masyarakat di Dusun Bangkelung yang masih tergolong dusun tertinggal.
- Kurang Adanya Partisipasi Dari Aparat Setempat Dalam Pembangunan Dusun Tertinggal
Saat disinggung mengenai dana desa dari pemerintah pusat yang tidak lama lagi akan cair yang kurang lebih sebesar 750 Juta, kepala desa berpendapat bahwa dana desa tidak dapat digunakan untuk pembangunan sarana ibadah.
Sedangkan pada Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.07/2015 Tentang tata cara pengalokasian, penyaluran, penggunaan, pemantauan, dan evaluasi Dana Desa Pasal 21 Ayat (1) menyatakan bahwa Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
Perencanaan alokasi dana desa menurut Bapak Suryib, SE selaku kepala Desa Buara, akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan BUMDes. Sedangkan untuk pembangunan sarana ibadah dari pihak masyarakat harus mengajukan Aspirasi.
- Penggalangan Dana Secara Swadaya
Setelah kami diskusikan dengan masyarakat setempat dihadapan Ketua RT dan sesepuh Dusun Bangkelung, kami sepakat menggalang dana secara swadaya untuk mendirikan masjid di Dusun Bangkelung. Penggalangan dana yang dilakukan secara swadaya ini mendapatkan respon positif dari berbagai lapisan masyarakat, organisasi maupun lembaga yang ada di Brebes.
- Alhamdulillah pembangunan Masjid untuk Dusun Bangkelung sudah di mulai
Pambangunan masjid bertepatan dengan Bulan Ramadhan, pembangun dilakukan secara gotong royong oleh warga setempat dan juga menggunakan tenaga tukang bangunan
Bagi warga masyarakat yang ingin menyumbangkan/Donasi untuk pembangunan Masjid Dusun Bangkelung bisa datang langsung ke Lokasi atau menghubungi Kepanitiaan:
Ketua Panitia : Muh Zaenal Fatihin – 087760760415.
Seksi Usaha : Fesbuker Brebes - 085728288181.
KATEGORI
Kegiatan Kami